FONOLOGI, LINGUISTIK, DAN DISIPLIN LAIN
Fonologi merupakan
urutan paling bawah atau paling dasar dalam hierarki kajian linguistik.
Mengapa? Karena objek kajiannya ialah bunyi-bunyi bahasa sebagai hasil akhir
dari serangkaian tahap segmentasi terhadap suatu ujaran. Yang dikaji fonologi
ialah bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan
“gabungan” antar bunyi yang membentuk silabel atau suku kata. serta juga dengan
unsur-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada, hentian dan durasi.
Satu tingkat
diatas satuan silabel ialah satuan morfem yang menjadi objek kajian morfologi.
Bedanya silabel dengan morfem adalah kalau silabel tidak memiliki makna, maka
morfem mempunyai makna. Secara kuantitatif sebuah morfem, bias sama atau lebih
besar daripada sebuah silabel.
Morfologi yang
lazim diartikan sebagai kajian mengenai proses-proses pembentukan kata dalam
kajiannya juga masih memerlukan bantuan kajian fonologi. Misalnya dalam kasus
yang disebut morfofonemik akan dibicarakan adanya perubahan bunyi,
penembahan bunyi, pergeseran bunyi, dan sebagainya sebagai akibat dari adanya
proses pertemuan morfem dengan morfem, terutama antara morfem afiks dengan
morfem dasar atau morfem akar.
Dalam beberapa
bahasa tertentu unsur supra segment al yang juga menjadi objek kajian fonologi
seperti nada, tekanan, dan durasi, akan memberi “warna” makna pula terhadap
wujud sebuah morfem atau kata. jadi, kajian fonologi masih terlibat dalam
kajian morfologi.
Di atas satuan
morfem ada satuan ujar yang disebut kata, frase, klausa, dan kalimat (kalau
ujarannya dalam bentuk wacana), yang menjadi objek kajian linguistik bidang
sintaksis. Dalam kajian sintaksis ini fonologi juga masih terlibat karena
seringkali makna sebuah ujaran (kalimat) tergantung pada unsur supra
segmentalnya.
Kajian semantik
yang meliputi semua tataran bahasa juga banyak melibatkan kajian fonologi.
Perbedaan bunyi pada sebuah “pasangan minimal” dapat membedakan makna kedua
kata itu. Kajian leksikografi memanfaatkan kajian fonologi dalam memanfaatkan
penulisan entri (lema) dengan tulisan fonetik agar entri itu dapat diucapkan
dengan tepat dan benar.
Kajian
sosiolinguistik juga memanfaatkan hasil kajian fonologi, dalam hal
variasi-variasi bunyi dapat menunjukan status sosial dari seseorang atau sekelompok orang di dalam
masyarakat. Kajian psikolinguistik juga banyak meminta bantuan kajian fonologi.
Sewaktu membicarakan perkembangan pemerolehan bunyi-bunyi bahasa oleh
anak-kanak tentu memerlukan bantuan fonologi. Kajian dialektologi yang berusaha
memetakan dialek-dialek dari satu bahasa juga sangat membutuhkan hasil kajian
fonologi. Mengapa? Karena penentuan dialek-dialek dari satu bahasa didasarkan
pada perbedaan-perbedaan bunyi dari bentuk-bentuk kata yang sama.
Hasil
kajian fonologi juga diperlukan dalam bidang klinis yaitu dalam membantu mereka
yang mendapat hambatan dalam berbicara maupun mendengar. Yang diperlukan di
sini adalah hasil kajian fonetiknya. Di luar kajian linguistik masih banyak
bidang kegiatan lain yang memerlukan bantuan fonologi. Misalnya, seni suara,
seni musik, seni sastra (terutama dalam pembacaan puisi), dan juga dalam seni
berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar