Senin, 07 Juli 2014

FONOLOGI, LINGUISTIK, DAN DISIPLIN LAIN

            Fonologi merupakan urutan paling bawah atau paling dasar dalam hierarki kajian linguistik. Mengapa? Karena objek kajiannya ialah bunyi-bunyi bahasa sebagai hasil akhir dari serangkaian tahap segmentasi terhadap suatu ujaran. Yang dikaji fonologi ialah bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan “gabungan” antar bunyi yang membentuk silabel atau suku kata. serta juga dengan unsur-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada, hentian dan durasi.
            Satu tingkat diatas satuan silabel ialah satuan morfem yang menjadi objek kajian morfologi. Bedanya silabel dengan morfem adalah kalau silabel tidak memiliki makna, maka morfem mempunyai makna. Secara kuantitatif sebuah morfem, bias sama atau lebih besar daripada sebuah silabel.
            Morfologi yang lazim diartikan sebagai kajian mengenai proses-proses pembentukan kata dalam kajiannya juga masih memerlukan bantuan kajian fonologi. Misalnya dalam kasus yang disebut morfofonemik akan dibicarakan adanya perubahan bunyi, penembahan bunyi, pergeseran bunyi, dan sebagainya sebagai akibat dari adanya proses pertemuan morfem dengan morfem, terutama antara morfem afiks dengan morfem dasar atau morfem akar.
            Dalam beberapa bahasa tertentu unsur supra segment al yang juga menjadi objek kajian fonologi seperti nada, tekanan, dan durasi, akan memberi “warna” makna pula terhadap wujud sebuah morfem atau kata. jadi, kajian fonologi masih terlibat dalam kajian morfologi.
            Di atas satuan morfem ada satuan ujar yang disebut kata, frase, klausa, dan kalimat (kalau ujarannya dalam bentuk wacana), yang menjadi objek kajian linguistik bidang sintaksis. Dalam kajian sintaksis ini fonologi juga masih terlibat karena seringkali makna sebuah ujaran (kalimat) tergantung pada unsur supra segmentalnya.
            Kajian semantik yang meliputi semua tataran bahasa juga banyak melibatkan kajian fonologi. Perbedaan bunyi pada sebuah “pasangan minimal” dapat membedakan makna kedua kata itu. Kajian leksikografi memanfaatkan kajian fonologi dalam memanfaatkan penulisan entri (lema) dengan tulisan fonetik agar entri itu dapat diucapkan dengan tepat dan benar.
            Kajian sosiolinguistik juga memanfaatkan hasil kajian fonologi, dalam hal variasi-variasi bunyi dapat menunjukan status sosial dari seseorang atau sekelompok orang di dalam masyarakat. Kajian psikolinguistik juga banyak meminta bantuan kajian fonologi. Sewaktu membicarakan perkembangan pemerolehan bunyi-bunyi bahasa oleh anak-kanak tentu memerlukan bantuan fonologi. Kajian dialektologi yang berusaha memetakan dialek-dialek dari satu bahasa juga sangat membutuhkan hasil kajian fonologi. Mengapa? Karena penentuan dialek-dialek dari satu bahasa didasarkan pada perbedaan-perbedaan bunyi dari bentuk-bentuk kata yang sama.

            Hasil kajian fonologi juga diperlukan dalam bidang klinis yaitu dalam membantu mereka yang mendapat hambatan dalam berbicara maupun mendengar. Yang diperlukan di sini adalah hasil kajian fonetiknya. Di luar kajian linguistik masih banyak bidang kegiatan lain yang memerlukan bantuan fonologi. Misalnya, seni suara, seni musik, seni sastra (terutama dalam pembacaan puisi), dan juga dalam seni berbicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar