Minggu, 06 Juli 2014

SEJARAH LINGUISTIK

Linguistik lahir pada abad ke-19. Bermula dari orang-orang Grik yang mengembangkan ilmu retorika. Salah satu ahli retorika dari Grik ialah Georgias. Pada waktu itu, tentunya orientasi dan horizon pandangan mereka masih sebatas pada bahasa Grik saja, maka wajar bila ada sifat Chauvanistic, merasa bahasa lain lebih rendah dari bahasa Grik. Walau demikian, mereka sudah merasa  bahwa bahasa berbeda satu sama lainnya tapi rasa bahasa sama-sama ada pada setiap manusia. Selain Georgias, tokoh lainnya ialah Protogras. Dialah yang membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan undangan. Protogras termasuk salah seorang tokoh Sophis. Sophis sendiri muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi bahasa karena mereka melakukan kerja secara empiris yang pada saat itu masih jarang atau bahkan mungkin belum dilakukan oleh orang lain. Mereka juga melakukan kerja pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu. Mereka sangat mementingkan bidang retorika dan membedakan tipe kalimat berdasarkan isi dan maknanya.
Plato (429-347 SM) juga seorang yang ahli dalam bidang bahasa.  Bahkan dia dikenal sebagai tata bahasawan pertama. Dia menganalisis bahasa sebagai terurai atas si pelaku dan tindakan. Dia memperdebatkan masalah analogi dan anomaly dalam bukunya Dialoong. Dia juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional. Plato juga menyodorkan batasan bahasa, “bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata dan rhemata. Dialah orang yang pertama membedakan kata dalam onoma dan rhema.
Aristotle (384-322 SM), muridnya Plato, secara rinci mengklasifikasikan ujaran menjadi beberapa unsur dan digolongkan pada jenis-jenis kata. Dia mengenalkan istilah-istilah seperti subject, predicate, gender, number, case, person, tense, dan mood. Dia juga mendalami Retorika dan Fonologi, terbukti dengan tersusunnya Rhetoric dan Categories hingga membuat dirinya seperti Plato yang dijuluki sebagai “ayah” tatabahasawan Barat. Dia menambahkan klasifikasi karya gurunya tentang kata. Sebelumnya Plato membagi kata pada onoma dan rhema. Aristotle menambahkan syndesmoi pada pengelompokan kata tersebut. Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Lebih tepatnya, ia sekelas dengan preposisi atau konjungsi. Dia membedakan jenis kelamin (gender) kata menjadi tiga, yaitu maskulin, feminim dan neutrum. Setiap kali Aristotle berpendapat, selalu bertolak pada logika.
Pada abad ke-4 SM, muncul kaum Stoik (Stoics) yang membedakan studi bahasa secara logika dan secara tata bahasa. Mereka juga membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu:
1.      Tanda, symbol, sign atau semainon
2.      Makna, apa yang disebut semainomen atau lekton
3.      Hal-hal yang di luar bahasa, yakni benda dan situasi.
Mereka membedakan jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron. Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna, dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna. Mereka juga membedakan kata kerja aktif dan pasif, dan kata kerja komplet dan tak komplet.
Pada tahun 336-323 SM, Alexander The Great memerintah di Mecodania. Dia salah satu murid Aristotle. Hasil karya kebahasaan dari zaman ini adalah Grammar karya Dionysiun Thrax (100 SM). Buku ini merupakan buku yang paling berpengaruh dalam system tata bahasa di Eropa.
Sezaman dengan ilmuwan-ilmuwan Barat di atas, dari Timur pun ada seorang ahli bahasa. Dia adalah Panini berkebangsaan India. Pada tahun 400 SM, Panini yang seorang sarjana Hindu telah menyusun lebih kurang 400 pemerian (statement) tentang struktur bahasa Sansekerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern ini.[1] leonard Bloomfield (1887-1949), seorang Linguis berkebangsaan Amerika menyebut Panini sebagai one of the greatest monument of human intelligence. Karena buku tata bahasa Panini, yaitu Astdhyasi merupakan deskripsi lengkap dari bahasa (khususnya Sansekerta) yang pertama kali ada, walau dengan beberapa kekurangan.
Romawi juga memiliki sejarah tentang Linguistik. Tokoh linguistik dari Romawi adalah Varro (116-27 SM) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
Dalam buku De Lingua Latina, Varro membagi buku tersebut dalam tiga bidang, yaitu etimologi, morfologi dan sintaksis. sedangkan Priscia menjelaskan morfologi dalam 16 jilid dan sintaksis 2 jilid yang semuanya dalam satu judul buku, Institutions Grammaticae. Buku tersebut dianggap penting karena buku tersebut adalah buku tata bahasa latin terlengkap yang dituturkan oleh pembicara aslinya. Teorinya merupakan tonggak utama pembicaraan bahasa tradisional.
Pada zaman pertengahan di Eropa, muncul kaum modistae, mereka masih membicarakan pertentangan antara fisis dan nomoss, dan pertentangan antara analogi dan anomali. Selain itu, muncul pula Tata Bahasa Spekulativa yang merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik. Menurutnya, kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas dan sebagainya. Pada zaman itu pula, muncul seorang Paus yang sangat berperan dalam bidang linguistik. Dia menulis buku berjudul Summulae Logicales. Diantara peranannya yaitu membedakan nomen atas dua macam, nomen substantivum dan nomen adjectivum.
Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad modern. Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa Yunani, Latin, Ibrani dan Arab. Pada zaman ini pula, bermunculanlah ilmuwan-ilmuwan bahasa. Diantaranya, Rogen Bacon, Reuchlin, dan N. Clenard. Reuchlin menulis buku tata bahasa berjudul De Rudimentis Hebraicis. Yang menarik dari isi buku tersebut adalah tentang penggolongan kata bahasa Ibrani yang sama dengan bahasa Arab. Dia membagi kata atas nomen yang dalam bahasa Arab disebut ismun, verbum yang dalam bahasa Arab disebut fi’lun, dan partikel yang dalam bahasa Arab disebut harfun. Ilmuwan linguistik Arab terbagi pada dua golongan, yakni Basra dan Kufa. Dari golongan Basra muncul seorang yang ahli dalam bidang linguistik, dia bernama Sibawaihi.



[1] Al wasilah A. Chaedar, Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik, Angkasa (Bandung:1993), hal. 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar