SEJARAH LINGUISTIK
Linguistik lahir
pada abad ke-19. Bermula dari orang-orang Grik yang mengembangkan ilmu
retorika. Salah satu ahli retorika dari Grik ialah Georgias. Pada waktu itu,
tentunya orientasi dan horizon pandangan mereka masih sebatas pada bahasa Grik
saja, maka wajar bila ada sifat Chauvanistic,
merasa bahasa lain lebih rendah dari bahasa Grik. Walau demikian, mereka sudah
merasa bahwa bahasa berbeda satu sama
lainnya tapi rasa bahasa sama-sama ada pada setiap manusia. Selain Georgias,
tokoh lainnya ialah Protogras. Dialah yang membagi kalimat menjadi kalimat
narasi, kalimat tanya,
kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, do’a, dan undangan. Protogras termasuk
salah seorang tokoh Sophis. Sophis sendiri muncul pada abad ke-5 SM. Mereka
dikenal dalam studi bahasa karena mereka melakukan kerja secara empiris yang pada
saat itu masih jarang atau bahkan mungkin belum dilakukan oleh orang lain.
Mereka juga melakukan kerja pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu.
Mereka sangat mementingkan bidang retorika dan membedakan tipe kalimat
berdasarkan isi dan maknanya.
Plato (429-347
SM) juga seorang yang ahli dalam bidang bahasa.
Bahkan dia dikenal sebagai tata bahasawan
pertama. Dia menganalisis bahasa sebagai terurai atas si pelaku dan tindakan. Dia memperdebatkan
masalah analogi dan anomaly dalam bukunya Dialoong.
Dia juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional. Plato
juga menyodorkan batasan bahasa, “bahasa adalah pernyataan pikiran manusia
dengan perantaraan onomata dan rhemata. Dialah orang yang pertama membedakan
kata dalam onoma dan rhema.
Aristotle
(384-322 SM), muridnya Plato, secara rinci mengklasifikasikan ujaran menjadi
beberapa unsur dan digolongkan pada jenis-jenis kata. Dia mengenalkan
istilah-istilah seperti subject,
predicate, gender, number, case, person, tense, dan mood. Dia juga mendalami Retorika dan Fonologi, terbukti dengan
tersusunnya Rhetoric dan Categories hingga membuat dirinya
seperti Plato yang dijuluki sebagai “ayah” tatabahasawan Barat. Dia menambahkan
klasifikasi karya gurunya tentang kata. Sebelumnya Plato membagi kata pada
onoma dan rhema. Aristotle menambahkan syndesmoi pada pengelompokan kata
tersebut. Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan
sintaksis. Lebih tepatnya, ia sekelas dengan preposisi atau konjungsi. Dia
membedakan jenis kelamin (gender) kata menjadi tiga, yaitu maskulin, feminim
dan neutrum. Setiap kali Aristotle berpendapat, selalu bertolak pada logika.
Pada abad ke-4 SM, muncul kaum Stoik (Stoics) yang
membedakan studi bahasa secara logika dan secara tata bahasa. Mereka juga
membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu:
1. Tanda,
symbol, sign atau semainon
2. Makna,
apa yang disebut semainomen atau lekton
3. Hal-hal
yang di luar bahasa, yakni benda dan situasi.
Mereka
membedakan jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi
dan arthoron. Mereka membedakan legein, yaitu
bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna, dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang
mengandung makna. Mereka juga membedakan kata kerja aktif dan pasif, dan kata
kerja komplet dan tak komplet.
Pada
tahun 336-323 SM, Alexander The Great memerintah di Mecodania. Dia salah satu
murid Aristotle. Hasil karya kebahasaan dari zaman ini adalah Grammar karya Dionysiun Thrax (100 SM).
Buku ini merupakan buku yang paling berpengaruh dalam system tata bahasa di Eropa.
Sezaman
dengan ilmuwan-ilmuwan Barat di atas, dari Timur pun ada seorang ahli bahasa.
Dia adalah Panini berkebangsaan India. Pada tahun 400 SM, Panini yang seorang
sarjana Hindu telah menyusun lebih kurang 400 pemerian (statement) tentang struktur bahasa Sansekerta dengan
prinsip-prinsip dan gagasan-gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern
ini.[1]
leonard Bloomfield (1887-1949), seorang Linguis berkebangsaan Amerika menyebut
Panini sebagai one of the greatest
monument of human intelligence. Karena buku tata bahasa Panini, yaitu Astdhyasi merupakan deskripsi lengkap
dari bahasa (khususnya Sansekerta) yang pertama kali ada, walau dengan beberapa
kekurangan.
Romawi
juga memiliki sejarah tentang Linguistik. Tokoh linguistik dari Romawi adalah Varro (116-27 SM)
dengan karyanya De Lingua Latina dan
Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
Dalam
buku De Lingua Latina, Varro membagi
buku tersebut dalam tiga bidang, yaitu etimologi, morfologi dan sintaksis.
sedangkan Priscia menjelaskan morfologi dalam 16 jilid dan sintaksis 2 jilid
yang semuanya dalam satu judul buku, Institutions
Grammaticae. Buku tersebut dianggap penting karena
buku tersebut adalah buku tata bahasa latin terlengkap yang dituturkan oleh
pembicara aslinya. Teorinya merupakan tonggak utama pembicaraan bahasa
tradisional.
Pada
zaman pertengahan di Eropa, muncul kaum modistae, mereka masih membicarakan
pertentangan antara fisis dan nomoss, dan pertentangan antara analogi dan
anomali. Selain itu, muncul pula Tata
Bahasa Spekulativa yang merupakan
hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik.
Menurutnya, kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara,
modus, substansi, aksi, kualitas dan sebagainya. Pada zaman itu pula, muncul
seorang Paus yang sangat berperan dalam bidang linguistik. Dia menulis buku
berjudul Summulae Logicales. Diantara
peranannya yaitu membedakan nomen atas dua macam, nomen substantivum dan nomen
adjectivum.
Zaman
Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad modern. Sarjana-sarjana pada
waktu itu menguasai bahasa Yunani, Latin, Ibrani dan Arab. Pada zaman ini pula,
bermunculanlah ilmuwan-ilmuwan bahasa. Diantaranya, Rogen Bacon, Reuchlin, dan
N. Clenard. Reuchlin menulis buku tata bahasa berjudul De Rudimentis Hebraicis. Yang menarik dari isi buku tersebut adalah
tentang penggolongan kata bahasa Ibrani yang sama dengan bahasa Arab. Dia
membagi kata atas nomen yang dalam
bahasa Arab disebut ismun, verbum
yang dalam bahasa Arab disebut fi’lun, dan
partikel yang dalam bahasa Arab
disebut harfun. Ilmuwan linguistik
Arab terbagi pada dua golongan, yakni Basra dan Kufa. Dari golongan Basra
muncul seorang yang ahli dalam bidang linguistik, dia bernama Sibawaihi.
[1] Al
wasilah A. Chaedar, Beberapa Madhab dan
Dikotomi Teori Linguistik, Angkasa (Bandung:1993), hal. 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar